Minggu, 13 Desember 2009

Kunjungan Vice Consulate Genera of America



Kunjungan Vice COnsulate general of America di Pondok Pesantren Darussalam dan Perpustakaan Komunitas tanggal 10 Desember kemarin berjalan sukses.

Mr. Terry Mobley menanyakan apakah perpustakaan komunitas tidak menyediakan komputer untuk masyarakat. Saya berusaha menjelaskan bila sebenarnya pengelola juga menginginkannya, namun masih sangat terbatas dengan dana. Mr Terry menyarankan untuk mengurus proposal permohonan bantuan ke Konjen US, semoga hal ini bisa membantu. Mr Terry juga sangat terkesan dengan perpustakaan komunitas, walaupun kecil tapi anggotanya sudah mencapai 400 orang.

Ibu-ibu dan anak-anak yang sedang menonton film di Perpustakaan komunitas




Mr. Terry dan Ibu Anik sedang menyalami Ibu-ibu yang sedang menonton film


Kehadiran Mr. Terry juga diliput oleh koran Radar Banyuwangi yang di bawah Jawa Pos Group. Namun sayang, pemberitaannya tidak menukik tajam pada esensi dari kunjungan tersebut. Silahkan lihat beritanya di sini http://jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=131320.

Satu jalan mulai terbuka, perjuangan harus lebih bersemangat agar mimpi untuk mewujudkan masyarakat yang berpendidikan bisa terwujud. Amin.


Foto bersama dengan member Perpustakaan Komunitas

Senin, 07 Desember 2009

Membangun Jaringan dengan Konjen US

Kelli, seorang kawan yang sedang melakukan penelitian di Manado untuk menyelesaikan disertasinya di University of Hawaii at Manoa membuka networking dengan staff consulate general of America. Kelli menceritakan keberadaan perpustakaan komunitas pada Ibu Andy, salah satu staff Consulate general bagian public affair. Ternyata obrolan dari Mbak Kelli ini membuka jariangan bagi perpustakaan komunitas dan Konjen US di Surabaya.

Tanggal 4 Desember lalu, saya mendapat kesempatan membuat janji bertemu dengan Ibu Andy di kantor Konjen US di Surabaya. Beliau membuka kesempatan untuk mengajukan permohonan proposal untuk pengembangan perpustakaan komunitas. Bahkan dengan kebaikan hatinya, Ibu Andy akan mengirimkan contoh proposal sebagai contoh.

Kesempatan kedua yang datang dari Konjen US adalah, minggu depan tepatnya hari Kamis tanggal 10 Desember 2009 ada staff konjen yang akan melakukan kunjungan ke Banyuwangi. Dan mereka memberikan waktu untuk mengunjungi perpustakaan komunitas dan hendak berdiskusi dengan siswa atau santri yang ada di Pesantren Darussalam. Seperti yang pernah saya katakana bahwa perpustakaan komunitas berada di sekitar pondok Pesantren Darussalam. Menurut rencana mereka juga akan memberikan sumbangan buku-buku pada perpustakan komunitas.

Ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan perpustakan komunikasi. Terimakasih kepada Mbak Kelli akan bantuannya. For sure, untuk semuanya thanks atas supportnya. Ini baru langkah awal dan tentu masih panjang langkah yang harus dilalui, support dari semuanya sangat ditunggu.

Sabtu, 28 November 2009

Rencana Membuat Yayasan


Beberapa waktu lalu beberapa tempat meminta untuk mendirikan perpustakaan komunitas. Ada yang di dalam kabupaten Banyuwangi sendiri, ada pula yang di luar Banyuwangi. Tentu ini menjadi apresiasi yang luar biasa bagi kami pengelola perpustakaan komunitas. Kami seperti terlecut untuk terus membangun jaringan guna mewujudkan impian agar masyarakat Indonesia terutama anak-anak dan ibu-ibu bisa mendapat suply bacaan.

Kami sadar bahwa mengembangkan community library membutuhkan dana, karena kebanyakan tempat-tempat yang membutuhkan perpustakaan hanya mampu menyediakan tempat saja, tapi tidak untuk pengadaan buku. Tentu jaringan pribadi yang saya miliki sangat membantu, tapi tentu akan lebih efektif untuk membangun jaringan dengan organisasi-organisasi yang memiliki keperdulian akan pengembangan masyarakat. Menurut pengalaman, bila membangun jaringan dengan organisasi akan lebih baik bila melalui organisasi yang formal juga.

Dengan alasan tersebut, kami berniat membentuk Yayasan Rumah Baca. Dengan harapan dari adanya Yayasan kami bisa lebih mengepakkan sayap dalam pengembangan perpustakaan komunitas. Disamping itu kami juga memiliki program untuk membangun mading koran yang rencananya akan kami pasang di tempat-tempat yang banyak didatangi orang, seperti pasar dan mushola-mushola. Kami sudah mulai menjajaki kemungkinan tersebut dengan berdiskusi dengan beberapa pengurus mushola di tempat saya tinggal.

Kami telah menyiapkan pembentukan yayasan, dengan mengumpulkan KTP dari beberapa orang yang di proyeksikan akan kami mintai bantuan sebagai pengurus di yayasan tersebut. Dengan bantuan sebuah informasi di salah satu website, kami mencoba memenuhi persyaratan yang dibutuhkan semisal sudah keterangan domisili yayasan dari pihak desa.

Namun tiga hari yang lalu, kami baru mendapatkan informasi bila pembuatan Yayasan sudah tidak semudah dulu. Kita harus mengurus sendiri ke Dephum di Jakarta dengan biaya yang tentunya tidak murah. Kabar ini tentu menyiutkan langkah kami. Kami akan terbentur dana untuk merealisasikannya.

Hingga kini kami belum menemukan solusi yang tepat untuk maslaah ini, mungkin ada yang bisa memberikan usul?

Senin, 09 November 2009

Inspirasi

Kemarin ada email masuk dari Ibu Judith yang bertempat tinggal di Jakarta ke inbox pengelola perpustakan komunitas

"MBAK NINIK, TADI SORE PUTRA-PUTRI SAYA MENGUMPULKAN SUMBANGAN UNTUK PERPUSTAKAAN KOMUNITAS, DAN SUDAH DIKIRIM VIA REKENING BCA"

Saya sangat terharu menerima email tersebut. Ibu Judith telah menularkan semangat untuk berbagi dan keperdulian pada sesama kepada putra-putrinya. Tentu ini langkah yang sangat luar biasa. Semoga kita semua, terutama saya pribadi, bisa meneladani dari tindakan Ibu Judith.

Sekecil apapun bentuk supportnya, tentu sangat membantu kami. Terimakasih Ibu Judith

Kamis, 05 November 2009

Sepenggal cerita dari Perpustakaan Komunitas

Meskipun baru di buka beberapa bulan saja, popularitas perpustakaan komunitas sangat mengejutkan. setiap harinya rata-rata anggota baru mencapai lima orang. hingga saat ini jumlah anggota mencapai 375 orang lebih.

Karena perpustakaan ini di buka untuk umum, maka tak mengherankan jika membernya berasal dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak yang masih duduk di bangku taman pendidikan kanak-kanak. tetapi, sebagian besar member berasal dari kalangan santri pondok pesantren darussalam. hal ini dikarenakan lokasi berdirinya pepustakaan ini merupakan lingkup popes darussalam blokagung banyuwangi yang di asuh oleh KH. ahmad hisyam syafaat. meskipun demikian, dalam menerima anggota baru, kami tidak memberikan batasan kriteria terhadap calon member.

karena di buka setiap hari, selalu ada kesan yang baru bagi kami para volunteer. di antaranya adalah kepolosan member yang berniat meminjam koleksi perpustakaan, tingkah malu-malu khas anak-anak kecil, bahkan tak jarang kami harus melerai anak-anak yang berantem gara-gara sepatunya disembunyikan saat meminjam koleksi buku di perpustakaan. dan masih banyak lagi kesan yang selalu menimbulkan senyuman di wajah kami.

Untuk menambah koleksi buku perpustakaan, bulan november ini kami membeli beberapa buku baru. di antaranya adalah tafsir al misbah 15 jilid, sang pemimpi dan edensor dari tetralogi laskar pelangi, seri twilight saga: twilight dan new moon, buku-buku pengetahuan, buku cerita anak-anak dan masih banyak lagi.

Kami juga dengan senang hati dan penuh rasa terimakasih menerima sumbangan dari para donatur. baik berupa buku ataupun dalam bentuk dana pengembangan, karena koleksi kami masih jauh dari lengkap. untuk itu kami ucapkan banyak terimakasih.

Senin, 12 Oktober 2009

Respon Mulai Mengalir

Alhamdulillah perpustakaan komunitas semakin mendapat banyak dukungan. Kawan-kawan yang tergabung di group facebook Community Library (Perpustkaan Komunitas) mulai menyebarkan informasi mengenai perpustakaan ini kepada beberapa pihak yang memiliki minat pada pengembangan perpustakaan komunitas.

Dari hubungan pertemanan inilah jejaring untuk pengembangan perpustakaan komunitas terus mengalir, baik berupa suply untuk penambahan koleksi maupun untuk dana. Ini menjadikan semangat tersendiri bagi pengelola dan juga volunter untuk terus melakukan pembenahan pada keberadaan perpustakaan komunitas.

Thanks for your support

REKENING

Perpustakaan komunitas saat ini berkembang sangat cepat, terhitung hingga perpustakaan di tutup pada liburan Idul Fitri kemarin, ada 312 member aktif yang terdapat. Menurut data yang ada member dari perpustakaan komunitas mulai dari anak usia sekolah dasar hingga ibu-ibu rumah tangga.

Atas permintaan beberapa orang yang ingin ikut mensupport pengembangan perpustakaan komunitas, maka pengelola membuka rekening BCA yang diperuntukkan untuk menampung sumbangan dari donatur.

Silahkan bila ingin menyumbang untuk mentransfer dananya pada nomor rekening berikut ini:

A.N. Nihayatul Wafiroh
BCA KCP Kaliurang, Jogjakarta
8610105956

Bila sudah mentransfer, silahkan mengirimkan email pemberitahuan pada pengelola pada alamat berikut perpustakaankomunitas@gmail.com.

Sekecil apapun sumbangan yang anda berikan, akan ikut membantu mencerdaskan anak bangsa.

Selasa, 11 Agustus 2009

Sosialisasi


Tanggal 7 Juli 2009, saya merencanakan mengadakan sosialisasi perpustakaan. Lalu saya mengundang kegiatan rutin Fatayat NU, ranting desa Karangdoro di rumah saya. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap sebulan sekali. Bila biasanya sebelum acara di mulai sambil menunggu kumpulnya anggota lain mereka gunakan untuk mengobrol, tapi beda kali ini. Sejak sebelum anggota Fatayat datang, saya sudah menyiapkan majalah-majalah Ibu-ibu dan juga buku kesehatan anak-anak. Jadi ketika mereka datang, langsung menyerbu majalah-majalh tersebut. Sahabat-sahabat Fatayat ini adalah ibu-ibu muda yang sangat luar biasa. Di tengah kesibukannya mengurus keluarga masih menyempatkan diri bersosialisasi dengan bergabung dalam kegiatan Fatayat. Bahkan banyak dari mereka yang harus membawa dua balitanya. Ada juga yang menggendong anaknya yang belum genap berumur 45 hari.

Sambutan waktu sosialisasi dengan anggota Fatayat berjalan dengan baik, bahkan ketika saya ajak untuk mendatangi perpustakaan banyak dari mereka yang langsung meminjam buku dan majalah. Waktu itu sebenarnya saya belum berniat meminjamkan koleksi dari perpustakaan komunitas, kecuali untuk baca di tempat karena administrasinya belum saya lengkapi. Tapi saya tidak bisa mengelak ketika beberapa dari sahabat Fatayat sangat menggebu-gebu ingin meminjam koleksi, disamping itu saya tahu mereka tidak mungkin akan menghabiskan waktunya untuk membaca di tempat. Akhirnya dengan senang hati saya meminjamkan koleksi perpustakaan komunitas. Ada yang membikin kaget, salah seorang sahabat Fatayat meminjam buku Tafsir al-Maudhu'i. Menurut hemat saya, buku itu terlalu berat bagi seorang ibu rumah tangga, tapi ternyata sahabat saya itu sangat antusias meminjamnya. Ini berarti mereka sebenarnya punya minat yang kuat dalam membaca tapi tidak ada sarananya.

Malamnya acara sosialisasi berlanjut dengan mengundang komunitas jam'iyyah al-Khoiriyyah. Ini adalah perkumpulan remaja-remaja Putri sekitar Pondok Pesantren Darussalam. Kebetulan saya yang menjadi pembimbingnya selama ini. Ada sekitar 40-an anggota yang datang. Setelah acara sosialisasi banyak yang pinjam buku-buku dari koleksi Perpustakaan Komunitas. Bahkan ada yang mendekap erat buku "Bumi Manusia" karangan Pramudia.


Selasa, 07 Juli 2009

Ide Awal Community Library


Saat masih kecil, saya tidak pernah mengenal buku bacaan. Rumah saya yang di desa, tidak ada akses perpustakaan membuat saya dan anak-anak seumur saya miskin akan pengetahuan. Buku pelajaranpun juga tidak mudah didapat seperti sekarang. Saya ingat betul saya mulai baca buku cerita ketika di sekolah SD Darussalam tempat saya belajar membuka perpustakaan, yang hanya terbuat dari almari triplek. Buku-buku cerita tentang pahlawan menjadi bacaan yang menyenangkan.

Tempat tinggal saya yang dilingkungan Pondok Pesantren Darussalam memberikan sedikit angina segar pada hobi membaca saya, karena di pesantren tersebut tersedia perpustakaan. Tapi tidak semua anak seusia saya bisa mengakses perpustakaan ini, sebab letaknya yang di dalam asrama santri dan juga bacaan bukunya yang mayoritas untuk siswa umur SLTP dan SLTA. Tapi karena orang tua saya termasuk salah satu pengurus di pesantren, jadi saya mendapat akses ke perpustakaan al-Irfan. Saya tidak ingat kelas berapa saat itu ketika saya meminjam novel besar Dian Tak Pernah Kunjung Padam dan Siti Nur Baya.

Ketebatasan bacaan tersebut menjadikan saya ‘balas dendam’ ketika memiliki anak. Sejak anak saya masih dalam kandungan saya sudah membiasakan untuk membaca buku. Buku-buku tersebut saya beri nama label dengan impian nantinya bisa berbagi dengan orang lain. Dari situ impian untuk membuat perpustakaan pribadi mulai muncul dan terus saya pupuk semangatnya dalam hati.

Sebenarnya secara tidak resmi system perpustakaan sudah saya jalankan sejak saya pulang ke Banyuwangi setelah menyelesaikan pendidikan Strata satu di Jogjakarta. Rumah saya sering kali menjadi tempat tujuan bagi mahasiswa-mahasiswi STAIDA (Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam).

Keinginan untuk membuat perpustakaan untuk masyarakat semakin tak terbendung ketika saya melanjutkan kuliah di University of Hawaii at Manoa. Suatu Hari tepatnya tahun 2008 pertengahan, saya mengirimkan email ke beberapa milis yang saya ikuti termasuk ke milis recycling Honolulu. Memang bila niatan baik pasti akan dimudahkan jalannya oleh Tuhan. Jarak sepuluh menit saya memposting email saya, sudah ada email balasan. Salah satu email tersebut dari Kak Rohayati Paseng, Librarian di Univ of Hawaii. Beliau langsung menawarkan beberapa buku. Tidak begitu lama seorang ibu yang belum pernah saya kenal sebelumnya juga mengantarkan buku-buku bekas anaknya ke dormitory saya. Alhamdulillah.

Permasalahan datang ketika harus membawa buku-buku sumbangan tersebut pulang ke Indonesia, karena terbentur dengan limit bagasi di pesawat. Sebenarnya banyak orang yang masih berkeinginan untuk menyumbang buku, tapi dengan terpaksa saya menolaknya dan memberi alternative untuk menyumbangkan uang. Pertimbangan saya simple saja, kalau uang lebih mudah di bawa dan saya sendiri bisa membelanjakan bukunya di Indonesia yang notabene harga buku lebih murah. Bayangkan uang $ 10 yang di US hanya akan mendapat two cups of coffee di Indonesia bisa mendapatkan sepuluh buku bekas dengan kualitas yang masih sangat bagus. Alhamdulillah beberapa orang terketuk hatinya dan menyumbangkan uang. Terkumpul uang hasil sumbangan sebesar $ 145. Uang-uang tersebut kemudian saya belanjakan majalan-majalan untuk ibu-ibu dan buku-buku cerita anak-anak.

Alasan saya membidik perpustakaan komunitas, karena selama ini perpustakaan yang ada hanya focus ke santri/siswa, sedangkan ibu-ibu tidak terwadahi. Disamping itu saya ingin merubah "gossipy" activities ke membaca. Saya percaya bila seorang Ibu banyak membaca, mereka akan lebih cerdas pula dalam mendidik anak-anaknya.