Kamis, 29 Juli 2010
Cerita Seorang Pembaca Kecil
Umurnya baru sekitar 8-9 tahun, sekarang dia baru duduk di kelas 2 Sekolah Dasar Darussalam. Wajahnya bundar, giginya yang tengah bolong karena gigi susunya mulai tanggal. Dengan rok panjang, baju panjang, dan jilbab yang merupakan seragam sekolahnya dia berangkat sekolah dengan membawa tas yang dia cangklongkan di pundak.
Setiap hari bila jam sekolah telah usai, dia selalu bergegas membereskan buku-bukunya dan berlari ke perpustakaan komunitas. Ada tidak adanya pengunjung lain di perpustakaan komunitas, dia selalu menghabiskan waktu minimal tiga puluh menit di perpustakaan. Kadang dia membaca buku-buku anak-anak yang berbahasa Indonesia. Kadang saya temui dia sedang serius menelungkupkan badannya sambil matanya mengamati gambar dan juga tulisan besar-besar yang berwarna-warni dari buku-buku berbahasa Inggris. Tidak jarang dia hanya berhenti di perpustakaan untuk main puzzle di buku kumpulan puzzle yang merupakan salah satu koleksi favorit pembaca cilik di perpustakaan komunitas.
Beberapa hari lalu saya lihat wajah gadis cilik yang cerdas ini agak murung, sambil tangannya sibuk membolak-balik buku yang ada di rak.
"Kenapa cemberut nduk?" saya tanya pelan
"Ini lho mbak, bukunya udah aku baca semuanya, emang buku-buku barunya belum ada lagi ya?" jawabnya sambil tidak mengalihkan mata dan tangannya dari rak-rak buku.
Sempat menghela nafas dalam sebelum akhirnya saya jawab "Semoga, buku-buku baru segera ada ya nduk." Dan dia pun tersenyum.
Sebagai pengelola tentu ini sebagai bentuk lecutan yang luar biasa untuk menambah koleksi buku-buku yang ada di perpustakaan komunitas. Selama ini pengelola harus pintar-pintar membagi dana yang sangat minim untuk menambah koleksi dan juga operasional perpustakaan komunitas. Permintaan penambahan koleksi bukan datang dari pembaca cilik saja, tapi juga dari pembaca putri remaja yang banyak meminta novel-novel terbaru, sedangkan ibu-ibu sering menunggu majalah-majalah muslimah terbaru.
Semoga
Langganan:
Postingan (Atom)